Sore kemarin (Jumat, 17/02) termasuk hari yang menggelikan buat saya. Ceritanya, saya bersama 3 rekan kerja saya mampir ke seorang kenalan di kawasan Manukan Kulon, Surabaya. Saya ketiban sampur nyetir mobil ke rumah perempuan berusia 63 tahun itu.
Bertemu dengan si empunya rumah, suasana berlangsung gayeng. Obrolan kami sebenarnya berkutat soal kesehatan dan kontrasepsi. Itu saja sudah membuat banyak tawa lepas, ya namanya saja berhubungan dengan aspirasi “arus bawah”…
Suasana makin hangat manakala perempuan itu mengaku pernah memiliki kemampuan indigo. Tapi, lantaran takut dan tak kuat, dia menutup kemampuannya itu lewat bantuan orang pintar. Tentu saja tak nyambung, pembicaraan soal kontrasepsi kok jebus-nya (akhirnya) ke soal indigo. Bukan apa-apa, si perempuan ini punya anak asuh yang agak “khusus” mentalnya dan ternyata punya kemampuan indigo. Ya..anak indigo begitulah gampangnya disebut. Anak asuh beliau membantu menyuguhkan es kelapa muda buat kami. Memang, anak anak indigo kini makin mudah ditemui.
Tak ayal, pembicaraan pun mulai nyerempet ke yang berbau horror. Bahkan, terbawa dalam perjalanan kami pulang. Di dalam mobil, obrolannya soal horror dan orang indigo. Wah…! Seorang rekan perempuan saya bahkan menodong saya kalau saya “bisa melihat”. Tentu saja saya sergah dengan ketawa. Saya tidak punya ciri ciri indigo. Saya orang biasa. Saya bukan orang indigo.
Apa sebenarnya indigo itu ?
Banyak versi pastinya. Tapi, secara awam, indigo adalah kemampuan khusus dari bawaan seseorang yang bisa melihat atau berkomunikasi dengan dunia lain. Tentu, tidak sesempit itu sebenarnya. Banyak kriteria seseorang bisa disebut indigo. Misalnya, punya IQ yang diatas rata-rata. Masih banyak kriteria lainnya.
Beberapa bulan lalu, kerabat saya sempat meminta saran soal keponakannya yang tinggal di Sumatera Barat, yang ternyata punya kemampuan indigo. Sayangnya, si ponakan ini tidak kuat alias takut saat melihat dunia lain. Bahkan, sampai malas ke sekolah. Saya sih enteng saja menjawab. Bawa ke Surabaya, temui saya, biar saya tutup indigonya ! Tapi, sampai sekarang, si ponakan “ajaib” itu tidak pernah ditemukan dengan saya.
Lantas, mengapa seseorang bisa mempunyai kemampuan indigo ?
Dari kasus yang saya temui sejak 1990-an, kemampuan indigo disebabkan adanya energi lain yang mendorong kemampuan penglihatan atau pendengaran si orang indigo. Energi itu berasal dari ilmu keturunan. Mayoritas demikian. Ada juga penyebab lain, misal setelah mengalami kecelakaan, lalu orang tiba-tiba bisa melihat dimensi-X.
Bagi yang nyaman dengan kemampuan indigonya, ya sah-sah saja. Tapi, bagi yang tak enak, lebih baik indigonya ditutup saja. Pasalnya, kalau rasa tak enak itu tetap dipaksakan, bisa menganggu aktivitas sehari-hari. Kalau mentalnya lemah, bisa kena gangguan jiwa.
Fitrahnya manusia sebenarnya tak ada kemampuan indigo. Manusia normal tak akan bisa berinteraksi dengan dunia X, melihat jin, pocong, kuntilanak, dan sejenisnya. Dan memang tidak perlu diliatin hal-hal begituan. Saya menganut prinsip ini. Jadilah manusia yang fitrah saja (sesuai dengan kodrat manusia), karena semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.
Tentu saja, bagi yang merasa enjoy dengan indigonya, dan merasa bisa membantu sesama, boleh bertahan dengan pendapatnya. Sebagian orang indigo ada yang sadar kalau kemampuannya sebaiknya dinetralkan, sebagian indigo lain tetap bertahan dan bangga dengan kemampuannya itu. (*)
Beberapa tahun yang lalu, hidup saya tidak tenang karena sering melihat bayangan2 gaib di rumah berseleweran, sementara saya kos, dan tinggal sendirian di rumah, jadi menganggu hidup saya, usia saya sekarang diatas 40 an, kata orang pintar ada jin yang menyukai saya, itulah yg menyebabkan orang susah menerima saya? untuk mengatasinya carilah orang yang punya ilmu tinggi karena kata dukun itu dia tidak sanggup mengobatinya?apa solusinya pak?