Keributan Rumah Tangga yang Berbahaya

Persoalan keributan rumah tangga kalau dibiarkan berlarut bisa berbahaya. Pasangan suami istri yang dulu awalnya menikah dengan dilandasi cinta — katanya demikian — mendadak bisa berubah menjadi pasangan yang saling membenci. Hanya dalam hitungan hari.

 

Tonton saja berita yang linknya saya taruh di bawah ini.

 

Apalagi keributan itu sampai direkam sang anak. Dan anak yang lain mencoba memisahkan bapak ibunya yang terlibat adu fisik.

 

Sesusah itukah melakoni kehidupan perkawinan ?

 

Seberat itukah menjalani kehidupan rumah tangga ?

 

Waktu saya berumur 20 tahunan, seorang teman yang lebih senior bilang sama saya : kehidupan masa pacaran itu beda jauh rasanya kalau sudah menikah. Saya masih ingat perbincangan itu terjadi di Bengkulu. Waktu itu saya sedang memberikan training meditasi penyembuhan disana.

 

Teman yang senior itu memang baru beberapa bulan menikah dengan wanita pujaannya.

 

Lalu mendapat “tugas negara” bersama saya.

 

Saat berada di mess, dia bicara tentang pengalamannya yang baru saja masuk di kehidupan baru.

 

“Apanya yang beda ?” tanya saya.

 

“Suasananya. Kita seperti masuk dalam hidup yang sebenarnya.”

 

“Maksudnya ?”

 

“Ya, waktu pacaran itu rasanya cuma yang menyenangkan saja yang dirasakan. Tapi kalau sudah rumah tangga, semua persoalan, senang atau tidak senang dirasakan dan muncul ke permukaan.”

 

Begitu kata teman saya itu.

 

Saya tidak tahu apa teman saya itu setengah curhat masalah rumah tangga.

 

Atau dia menyesal karena menikah ?

 

Di masa itu, sekitar Tahun 2000-an, saya sudah banyak menerima klien dengan problem perkawinan atau rumah tangga.

 

Saya sebenarnya setengah hati membantu mereka.

 

Saya hanya berbicara seperlunya atau menyampaikan penglihatan timeline masa mendatang sebutuhnya saja.

 

Saya — ketika itu —  merasa belum waktunya memberi saran atau nasihat perkawinan kepada orang yang lebih tua daripada saya.

 

Karena satu hal : saya belum merasakan sendiri susah atau senangnya menjalani perkawinan.

 

Atau level yang lebih berat dari itu.

 

 

Faktor Pembuat Keributan Selalu Ada

 

 

Kalau anda lihat lagi link berita yang saya sertakan itu, anda akan tahu salah satu penyebab keributan rumah tangga adalah faktor ekonomi.

 

Memang, faktor ekonomi hanya sekian persen menjadi penyebab perceraian di pengadilan. Selebihnya lebih banyak lantaran persoalan perselingkuhan atau salah satu pihak minggat begitu saja tidak ada kejelasan apapun.

 

Tetapi faktor ekonomi yang hanya sekian persen itu bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapanpun.

 

Dan ledakkannya bisa memporak porandakan sebuah rumah tangga.

keributan rumah tangga tidak boleh diteruskan terjadi, harus dicarikan jalan keluarnya agar masalah bisa selesai

 

Sekali lagi mencari pasangan hidup yang satu level itu tidak gampang.

 

Baik satu level dalam pendidikannya.

 

Atau satu level dalam iman atau agamanya.

 

Atau, yang lebih penting, satu level dalam pemahaman terhadap satu sama lain.

 

Dalam hal faktor ekonomi yang jadi penyebab keributan rumah tangga, yang paling susah adalah pemahaman masing-masing pihak kalau yang namanya rezeki itu datang dengan cara yang baik dan butuh ikhtiar bersama.

 

Saat satu pihak jatuh, maka pihak lain harus men-support.

 

Saling support inilah yang seringkali tidak terjadi di antara pasangan yang konflik itu.

 

Kalau konflik masih tetap tak bisa diatasi, dan keributan rumah tangga terus terjadi , maka berpisah adalah solusi terakhir.

 

Daripada terus menerus berbuat kasar dan saling menganiaya serta berdampak buruk pada anak.

 

Mau sampai kapan ribut di depan anak.(*)