Masalah Dalam Hubungan yang Ruwet, Akhiri Segera !

Baru saja beberapa hari lalu saya men-share mudiknya ribuan orang dari ibukota ke Jawa Tengah. Bahwa di dalam ribuan orang itu — yang terdampak pagebluk corona — ada timeline masing-masing orang yang bermasalah. Diantara ribuan orang itu pasti ada yang mencari tempat curhat untuk problemnya. Dan itu terbukti. Seperti yang anda juga sudah tahu. Seorang dari ribuan pemudik itu terjebak dalam masalah dalam hubungan yang complicated. Dan berujung ironis.

 

Sang istri yang ditinggal di kampung ternyata selingkuh dengan kepala desa.

 

Suami bekerja keras di Jakarta. Demi anak dan istri. Tetapi yang dia dapat justru hal yang menyakitkan hati.

 

masalah dalam hubungan yang ruwet harus diakhiri segera agar tak berlarut dan berdampak buruk di masa mendatang

 

 

Hampir sama dengan pengalaman TKI yang di Ponorogo itu.

 

Tetapi, yang di Wonogiri ini tidak sampai merobohkan rumah.

 

Ini bukti bahwa zaman sekarang perselingkuhan tidak di dominasi pria.

 

Wanita pun banyak yang melakukannya.

 

Sama saja. Mau pria, wanita, atau transgender sekalipun, semua punya bakat menyeleweng. Perbedaannya hanya pada kesadaran.

 

Sadar atau tidak kalau perselingkuhan itu menyakitkan pasangan.

 

Sadar atau tidak kalau menyeleweng itu melanggar semua norma.

 

Bakat menyeleweng juga tidak melihat status sosial maupun level pendidikan.

 

Perselingkuhan hanya akan membuat masalah dalam hubungan akan semakin ruwet.

 

 

Cari Jalan Keluar

 

Bagaimana solusinya ?

 

Masing-masing kasus harus di review sendiri. Tapi muaranya tetap sama. Berpisah atau bertahan. Cuma itu. Tidak ada yang lain.

 

Misalnya dalam kasus yang dialami suami asal Wonogiri itu.

 

Dari berita yang saya lihat, sepertinya hubungan antar suami istri itu sudah bermasalah sejak lama.

 

Tentu saya tidak tahu detailnya seperti apa.

 

Namun masalah dalam hubungan seperti itu punya pola yang sama : ketidakcocokan pikiran antara suami istri.

 

Semua bemula dari sana.

 

Bukan berarti suami istri itu tidak boleh berbeda pendapat.

 

Berbeda pendapat dan ketidakcocokan pikiran itu hal yang tidak sama.

 

Ketidakcocokan pikiran lebih berdampak pada jangka panjang.

 

Hampir semua hal akan kontradiktif.

 

Padahal, dalam sebuah relationship, khususnya di level rumah tangga, harus ada satu nahkoda. Harus ada satu leader. Dan biasanya, leader itu terletak pada pundak suami.

 

Tidak bisa dalam perkawinan itu ada dua leader.

 

Suami maunya pergi ke arah utara, istri maunya pergi ke arah selatan.

 

Kalau sudah demikian, tunggulah kehancurannya.

 

Kalau sudah seperti itu, jika ada orang ketiga yang masuk dan memberi perhatian dan belaian kasih sayang, maka terciptalah ramuan perselingkuhan.

 

Apalagi suami istri tidak tinggal bersama.

 

Dengan alasan pekerjaan dan sebagainya.

 

Saya belum punya data statistik. Tapi ini asumsi dari catatan yang problem yang saya tangani.

 

Dari 10 pasangan yang tinggal berjauhan karena alasan pekerjaan dan lain-lain, hanya 3 pasangan yang masih bisa menjalin hubungan harmonis.

 

7 pasangan sisanya mengalami masalah dalam hubungan yang ruwet.

 

Kalau sudah begini, mau berpisah atau bercerai maupun bertahan, sama sama punya kadar kesakitan hati yang sama.

 

Tapi menghasilkan timeline atau solusi jangka panjang yang berbeda.(*)

 

saya dapat membantu anda mengatasi masalah dalam hubungan yang complicated