Membaca Masa Depan di Tahun 2021

Suka atau tidak suka, umur Tahun 2020 tinggal 2 bulan lagi. Kalau dihitung dari saat saya terbitkan sharing ini. Sebagian orang merasakan bahwa ini adalah tahun yang berat. Apalagi kalau bukan lantaran bersatunya pandemi dan resesi. Karena itulah, beberapa klien saya minggu-minggu terakhir ini mengirim WhatsApp dan meminta saya untuk membaca masa depan. Khususnya untuk Tahun 2021.

 

Saya ingin mengungkap sejumlah hal yang mesti dipahami sejak awal.

 

Pertama, sejatinya tidak ada orang yang benar-benar bisa membaca masa depan 100 persen. Sehebat apapun dia. Sesakti apapun dia.

 

Kenapa?

 

Karena hari esok, atau masa mendatang itu, bukan milik kita.

 

Hari esok itu milik Yang Maha Kuasa.

 

Tapi manusia boleh berencana. Sebatas rencana. Planning itu tidak akan bisa menjadi kenyataan kalau Yang Maha Kuasa tidak menghendaki.

 

Kita terikat oleh aturan di semesta. Manusia harus gigih dalam berusaha. Dan harus yakin.

 

Apa buktinya kalau kita sudah yakin dengan rencana yang akan dijalankan esok?

 

Bukti sederhananya adalah : di tiap malam anda pasti mengeset alarm di HP supaya bisa bangun besok pagi sesuai waktu di-setting itu.

 

Itu artinya anda punya keyakinan kalau besok masih ada hari, atau masih diberi umur oleh Yang Maha Kuasa.

 

Soal apakah kita masih bisa bangun esok hari, kita nyaris tidak pernah merisaukannya. Padahal tidak ada yang menjamin kita besok masih bisa bangun atau tidak.

 

 

Rezeki dan Masa Depan itu Milik Tuhan

 

Allah swt, Sang Maha Kuasa, menjamin dalam bentuk lain : bahwa siapapun yang bernyawa di muka bumi pasti akan mendapatkan rezeki.

 

Nah. Kalau anda sudah tahu kalau tidak ada yang benar-benar bisa melihat masa mendatang secara penuh, lanjutkan ke poin berikut.

 

Jika klien saya meminta untuk membaca masa depan, maka yang saya lakukan adalah meminta izin kepada Yang Maha Kuasa untuk bisa merasakan getaran timeline orang tersebut. Itulah poin kedua yang mesti anda mengerti dulu.

 

Setiap kita punya garis waktu yang sudah, sedang, dan akan dijalani.

 

Garis itu dapat saya deteksi getarannya melalui nama dan tanggal lahir.

 

Cara kerjanya seperti radar cuaca : bisa memprediksi lokasi mana akan diguyur hujan, daerah mana yang cuacanya panas, dan kecepatan angin berapa yang diperkirakan akan berhembus di suatu daerah.

 

Dari sini anda bisa paham. Bahwa laporan radar yang mendeteksi gumpalan awan misalnya, maka akan diperkirakan turun hujan di lokasi itu.

 

Tetapi, apakah pasti akan turun hujan?

 

Jawabnya: tidak selalu.

 

Angin bisa berhembus kencang dan menggeser awan gelap itu menjadi terpencar. Akhirnya hanya mendung tipis yang tersisa. Batal hujan. Jadilah hawa yang sumuk lantaran air hujan tak jadi mengguyur.

 

Seperti itulah timeline manusia.

 

Yang saya lihat adalah lay out atau gambaran kasar. Dan dalam layanan konsultasi spiritual, melihat garis waktu biasanya menjadi momen paling ditunggu oleh klien. Apalagi dalam masalah bisnis atau usaha, sampai percintaan dan rumah tangga.

banyak orang resah akan hari esok, karena itulah meminta orang lain yang bisa membaca masa depan seringkali menjadi pilihan untuk menjawab keresahannya.

 

 

Kadar Kecemasan Tiap Orang Tidak Sama

 

Apalagi dalam masa penuh ketidakpastian seperti ini.

 

Tidak jarang saya merasakan getaran kecemasan yang begitu dominan dari sejumlah klien.

 

Kalau sudah demikian, saya akan memberikan saran agar memasrahkan segala sesuatunya kepada Yang Maha Kuasa.

 

Bila masih sulit juga, saya bimbing untuk melakukan meditasi sederhana.

 

Saya sarankan untuk beberapa orang tertentu agar juga berkonseling dengan ahli di bidang psikologi atau psikiater.

 

Saya memahami bahwa setiap manusia mempunyai kerentanan yang berbeda terhadap suatu masalah. Bahkan, dalam kondisi khusus, masalah yang dirasakan oleh seseorang bisa menjadi sebuah tekanan hidup yang mengkhawatirkan tiap jam, tiap detik, tiap waktu.

 

Jadi bagaimana?

 

Masih mau mempertanyakan seperti apa masa mendatang khususnya Tahun 2021?

 

Jika anda tidak punya kesiapan mental yang cukup, sebaiknya tidak usah mencari tahu.

 

Ada kalanya yang rahasia biarlah menjadi rahasia semesta saja. Tugas kita adalah menjalani saja. Just do it.

 

Tetapi tidak selalu saran saya itu bisa diterima klien. Mereka menginginkan jawaban. Setidaknya, mendapatkan sedikit gambaran kira kira seperti apa jalan atau situasi yang akan dijalani.

 

Ini tidak ubahnya anda melihat aplikasi maps di ponsel.

 

Ketika tidak terlalu mengerti rute atau jalan yang akan dilewati atau dituju, solusinya adalah melihat maps yang bisa mengeluarkan suara cewek itu.

 

Kalau sudah demikian, maka saya akan menjelaskan gambaran garis waktu yang terlihat. Dan pertanyaan berikutnya yang biasanya diajukan klien adalah : lantas saya harus bagaimana? Apa yang harus dilakukan?

 

Artinya, seseorang berharap diberi saran.

 

Dan, tentu saja saya juga berharap agar saran itu dilakukan.

 

Agar yang bersangkutan bisa mengatasi masalah. Atau bahkan menghindari kejadian atau peristiwa yang sebenarnya tak perlu terjadi.

 

Bukan untuk kepentingan saya. Tapi untuk kepentingan anda yang punya masalah. Keputusan yang diambil atau tidak diambil tetap menjadi tanggung jawab anda sepenuhnya.

 

 

Klien yang Tidak Mau Berjuang untuk Dirinya Sendiri

 

 

Seperti kejadian yang dialami oleh salah satu klien lama.

 

6 tahun yang lalu, seorang klien sebut saja MG, terdeteksi mengalami kesialan yang tak kunjung berhenti. Ketidakberuntungan itu berpengaruh pada pekerjaan, rezeki, dan keluarganya.

 

Singkat kata, keruwetan hidupnya susah terurai.

 

Saya menyarankan agar MG melakukan perjalanan spiritual untuk mengunjungi dan mendoakan para leluhurnya. Lokasinya masih di Jawa Timur saja.

 

Tidak sampai keluar pulau.

 

Anda tahu apa yang terjadi?

 

Saran itu tidak dilakukan.

 

Dan di pertengahan tahun ini, keluarga MG kembali menghubungi saya.

 

Dan keruwetan yang dialami MG tetap saja tidak berubah. Anda bisa bayangkan. Tidak ada waktu sedikitpun selama 6 tahun itu untuk melakukan saran yang saya berikan.

 

Keluarganya juga menyampaikan beberapa kali MG mengalami musibah.

 

Beruntung, Tuhan masih melindungi dia dari dampak yang fatal akibat musibah itu.

 

Saya tidak memberikan saran apapun kali ini. Saya sudah membantu melihat pertanda dengan membaca masa depan MG waktu itu. Tapi tidak digubris.

 

Cukup menjadi pendengar yang baik.

 

Prinsip saya seperti di atas tadi : keputusan yang anda ambil adalah tanggung jawab anda sendiri. Bukan tanggung jawabnya konsultan, bukan pula dibebankan ke pasangan, keluarga, atau orang tua. Membaca masa depan hanyalah sebuah metode atau cara untuk mencari solusi.

 

Ini seperti yang dilakukan staf medis. Misalnya saat dokter memberikan saran agar seorang pasien penyakit kencing manis mau disiplin untuk diet. Tujuannya supaya gula darahnya terkontrol. Ini tentu untuk kepentingan si pasien.

 

Tapi si pasien ternyata ndableg.

 

Dia tetap suka makan enak-enak, gorengan, es campur, jerohan, dan sebagainya.

 

Di bulan berikutnya, saat cek laboratorium, kadar gula si pasien menggila. Mulai terjadi gangguan di jantung, ginjal, dan penglihatan.

 

Siapa yang bertanggung jawab disini?

 

Anda bisa menjawabnya.(*)