Pesugihan Gunung Kemukus yang dibalut dengan seks bebas adalah salah satu contoh, bahwa banyak orang yang menggantungkan hidupnya di situs pesugihan. Di pesugihan jenis lain sama saja seperti itu. Soal apakah ritual pelaku pesugihan benar-benar berhasil atau tidak, bukan jadi urusan mereka yang mencari makan di lokasi ritual. Yang penting, jasa atau apapun yang mereka jual di lokasi itu laku dan bisa menyambung hidup. Jadi, siapa yang sesungguhnya sugih sekarang ?
*****
TN adalah mantan pelaku pesugihan yang sudah menjajal aneka ritual sejak awal 90-an. Kini, dia sudah memutuskan berhenti. Berhasilkah ritualnya ? Tidak satu pun. “ Kalau dikira-kira, sejak awal mencoba ritual mungkin ada 100 sampai 200 jutaan uang saya hilang waktu mencoba hal itu,” kata TN kepada saya.
Pria yang kini memilih tinggal di Semarang ini awalnya menjajal dunia pesugihan sejak masih berdomisili di Surabaya. Ritual yang paling sering dia pilih adalah penarikan dana gaib, penarikan harta gaib, dan sejenisnya. Konon, ada gepokan uang tunai yang bisa ditarik. Atau batangan emas berkilo-kilo. Siapa yang tak silau dengan hal ini ?
Dia memilih “risiko” yang menurutnya paling minim. Tapi ternyata penipuan demi penipuan yang dia alami.
Berikut ini beberapa modus dalam dunia pesugihan.
Pertama: uang mahar wajib dibayar dimuka oleh pelaku ritual. Tidak boleh dibayar setelah ritual berhasil, dicicil, atau dipotong dari dana yang sudah berhasil ditarik. Dukun atau makelar pesugihan akan meminta uang ini di depan. Tak bisa ditawar. Dalihnya, uang ini untuk membeli aneka ubo rampe. Jika pelaku tidak percaya dengan transparansi penggunaan mahar, boleh membeli sendiri bahan-bahan sesaji yang dibutuhkan. Itu semua adalah uang hilang, artinya tidak bisa dikembalikan lantaran sesaji sudah pasti akan habis terpakai. Kalau ritual gagal karena pelaku ketakutan atau melanggar syarat saat ritual berlangsung, uang mahar juga tak bisa dikembalikan.(bersambung)
Ingin konsultasi dengan penulis ? Silahkan ikuti prosedurnya disini.