Vina (nama samaran) telah mencapai keinginannya awal bulan ini. Wanita asal Jawa Timur itu menjadi janda bahagia, setelah hakim pengadilan agama mengetok palu dan mengesahkan perceraiannya. Hanya dalam satu kali sidang. Yang diselesaikan dalam satu hari.
Tanpa bertele-tele.
Tanpa mbuletisasi.
Sidang perceraian tercepat. Tanpa pendampingan penasehat hukum.
Vina memang melakukan konsultasi rumah tangga dengan saya sejak Oktober lalu. Tapi sebelum berkomunikasi dengan saya, wanita 29 tahun itu sebenarnya sudah tahu arah tujuannya sendiri. Yakni berpisah.
Sepertinya dia hanya ingin memantapkan hati saja.
Karena semua wanita tahu, bahwa menyemat gelar janda sama sekali bukan cita-cita. Sebisa mungkin, sekuat tenaga, status yang satu itu dihindari. Kecuali karena sebab alam, misalnya dipisahkan karena kematian.
Seperti yang sebelumnya saya share di artikel soal status janda, bahwa status sosial itu kini lebih berkonotasi negatif. Padahal, dulunya mengandung makna netral. Sebagaimana pria menjadi duda.
Tetapi pria duda tidak menjadi bahan buliying. Sangat jarang terjadi.
Beda sekali dengan wanita. Apalagi kalau menyandang janda di usia yang masih produktif. Mulai 20-an sampai 40-an. Hampir selalu terjadi stigma negatif.
Janda Sering di-Bully di Sosmed
Itu semua tidak bisa dibenarkan. Saya tidak tahu darimana asal mulanya.
Tapi kemungkinan besar, menurut asumsi saya, stigma negatif tentang wanita janda itu makin marak sejak ada media sosial.
Padahal menjadi janda bahagia itu bisa mengubah jalan hidup apabila dilakoni secara benar. Dari kehidupan yang penuh toxic, atau dari jalan hidup yang jatuh nyungsep, menjadi jalan hidup yang baik dan membawa perubahan nasib yang positif.
Aura kebahagiaan itu saya rasakan ketika bertatap muka dengan Vina. Bersama rekannya, dia menyempatkan diri untuk bertemu saat saya ada keperluan bisnis di Surabaya.
Terlihat senyumnya selalu mengembang saat berbicara dan membuat wanita satu anak itu makin cantik.
Vina memutuskan dengan mantab untuk mengakhiri pernikahannya lantaran mantan suaminya tersangkut masalah hukum.
Dan harapan agar sang mantan itu berubah menjadi baik sudah pupus. Karena pengulangan perbuatan yang dilakukannya.
Vina sudah menetapkan pilihan yang benar.
Demi masa depannya sendiri. Dan tentu anak semata wayangnya yang kini masih diasuh oleh kakek dan neneknya. Karena Vina juga bekerja di sebuah perusahaan. Demi untuk bertahan dari kerasnya hidup.
Diluar sana, tidak semua wanita bisa setangguh Vina. Karena problem dan keruwetan hidup berbeda tiap orang.
Oleh karenanya dalam konsultasi masalah perkawinan dan rumah tangga, saya tidak memasang target masalah klien harus tuntas atau selesai. Tugas konsultan spiritual hanya sebatas memberikan saran dan pandangan. Serta upaya spiritual tertentu bila diperlukan.
Jika dalam sebuah permasalahan yang dihadapi klien mengharuskan usaha lebih untuk mempertahankan rumah tangga, mungkin piranti semacam pengasihan akan diperlukan. Untuk membangkitkan kembali cinta dan keharmonisan.
Tetapi jika pilihannya adalah untuk mengakhiri suatu hubungan, maka piranti pengasihan juga mungkin diperlukan untuk mem-booster datangnya jodoh atau pasangan yang diharapkan.
Yang jelas, menjadi janda bahagia bukan suatu hal yang mustahil. Suatu hubungan yang buruk dan menyakitkan satu sama lain memang tidak bagus untuk diteruskan. Bisa berakibat fatal.(*)