Sharing saya soal kebenaran mitos burung kedasih ini membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun, untuk membuktikan mitos burung yang -menurut sebagian orang – punya sifat culas itu. Saya sendiri, lebih tepatnya keluarga saya, menjadi objek pembuktian akan firasat buruk saat kehadiran burung yang tidak banyak orang mau memeliharanya itu. Saya merekamnya dalam memori ingatan.
Langsung saja, saya menjawab apakah benar mitos burung kedasih yang datang dan bersuara itu menandakan akan adanya kematian, musibah, atau sakit? Jawabannya adalah : benar. Suara burung kedasih itu memang membawa pertanda buruk.
Seperti yang anda tahu, sejak 2020 lalu, kita dilanda pandemi. Di awal masa sulit itu, saya sedang menyelesaikan sejumlah project di kawasan Denpasar Timur, Bali. Di tempat saya tinggal bersebelahan dengan rerimbunan kebun, tanah kosong dan sungai.
Sekitar pertengahan Juli dan Agustus 2020, suara cuitan Burung Kedasih hampir setiap hari terdengar. Namun, asal suaranya agak jauh dari tempat tinggal saya. Meski demikian suaranya tetap jelas kedengaran.
Dan mulailah pembuktian mitos burung kedasih.
Salah satu anggota keluarga meninggal dunia karena sakit. Non Covid.
Hanya selang beberapa hari, satu anggota keluarga berpulang. Setelah hampir seminggu dirawat di RSAL dr Ramelan Surabaya. Positif Covid-19.
Betapa susahnya masa masa itu. Rumah sakit penuh. Dan sektor pemakaman sibuk bukan main.
Keluarga yang ditinggalkan terus menguras air mata.
10 bulan kemudian, satu anggota keluarga kembali berpulang. Diduga positif Covid-19. Ketika itu, sedang ganas-ganasnya varian delta.
Saya rasa anda semua masih ingat rentang waktu yang penuh dengan gempuran covid. Atau, jangan jangan anda sudah melupakannya?
Untuk beberapa lama, saya tidak mendengar lagi kicauan burung pembawa maut itu.
Sampai akhirnya suara itu muncul lagi. Sekitar pertengahan September 2022. Siang hari, sekitar jam satu siang. Burung yang suka mensabotase sarang burung lain itu bertengger tepat di atas atap rumah. Suara cuitannya sangat keras.
Saya yang ketika itu sedang sibuk WFH, tak tinggal diam. Saya keluar ke halaman, dan memang melihat si burung ada di atap. Dia masih mengeluarkan siulan mautnya.
Spontan saya ambil kerikil, dan melemparnya ke atas genteng.
Tidak kena. Tapi cukup membuat si burung kaget dan terbang.
Ternyata dia terbang tidak jauh. Hewan ini cuma terbang beberapa meter dan hinggap di atap rumah tetangga.
Saya biarkan.
Dia masih bersiul.
Dan itu berlangsung sampai 5 atau 10 menit.
Sampai dia terbang menghilang.
Ada di antara anda yang belum tahu seperti apa suara burung kedasih? Atau, anda sudah pernah dengar tapi belum tahu nama si burung itu?
Seperti ini suaranya, klik tombol play di bawah ini :
Itulah bahasa burung kedasih dan pertanda yang diberikan untuk saya. Saya merasa akan terjadi sesuatu. Karena suara cuitan itu sangat dekat berada di atas saya, artinya, kemungkinan ada keluarga dekat atau keluarga inti yang akan tertimpa musibah.
Tentang siapa yang akan sakit atau terjadi sesuatu, itulah rahasia Tuhan. Saya tidak bisa dan tidak boleh mengakses file rahasia-Nya.
Dan sampailah takdir itu. Yang menetapkan tanggal 14 November 2022, hari Senin. Takdir yang menetapkan saya kehilangan adik tersayang dan satu-satunya saudara kandung yang saya miliki. Kecelakaan lalu lintas yang membuatnya meninggalkan keluarga. Untuk selamanya.
Rasanya tidak perlu diulas bagaimana perasaan ketika itu.
Tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Anda yang sudah pernah kehilangan anggota keluargalah yang bisa memahami situasinya. Sampai berbulan-bulan setelahnya.(*)