Bersamaan dengan wabah corona di tanah air, teman saya dari Balikpapan meresahkan usaha restorannya yang drop. Dia tidak sendirian. Pengusaha seluruh dunia juga merasakan dampaknya. Sekalipun menggunakan piranti penglaris usaha paling ampuh, tidak serta merta membuat bisnis bertahan.
Saya sudah pernah sharing tentang cara kerja penglarisan.
Jika sebuah lokasi di lockdown atau PSBB seperti sekarang, anda tidak akan bisa berbuat banyak selain berinovasi. Contohnya : mengirim produk jualan lewat kurir online.
Jika anda tinggal di wilayah yang belum diterapkan PSBB secara total, anda bisa sedikit bernafas lega.
Anda bisa memilih menjual produk anda dengan kendaraan lewat cara berkeliling.
Pejuang Tangguh
Seperti yang saya lihat akhir-akhir ini di jalur menuju kantor di Denpasar.
Sudah seminggu terakhir, saya melihat mulai banyak orang yang berjualan di mobil mereka.
Dalam jarak 1 kilometer, ada sejumlah mobil yang dibuka bagasi belakangnya.
Yang model pick up lebih gampang lagi : cukup menggelar produk jualan di bak mobil.
Apakah semuanya laris ?
Sepertinya belum.
Saya hapal betul siapa saja yang berjualan di radius 1 kilometer dari kantor.
Mereka yang berjualan di mobil seminggu terakhir ini semuanya wajah baru.
Perkiraan saya, mereka driver taksi online yang mungkin karena sepi penumpang, mereka banting setir untuk jualan.
Jelas tidak mudah cari penumpang di masa pandemi Covid-19.
Para laki-laki ini bukan tipe orang yang gampang menyerah.
Mereka putar otak dan memilih berjualan. Saya salut pada para pejuang tangguh seperti ini.
Produk yang di-display bermacam-macam.
Ada yang jual buah durian dan manggis. Karena sedang musim.
Ada yang jualan telur ayam.
Ada yang menawarkan tahu susu khas jombang.
Media promosi sederhana saja : pakai kertas putih print dan dilaminating.
Kalau anda berjualan keliling seperti mereka dan berhenti di tepi jalan besar, prospek untuk mendapat konsumen masih ada. Penglaris usaha paling ampuh bisa bekerja dalam kondisi tersebut. Selama belum ada PSBB atau karantina wilayah.
Intinya, selama masyarakat masih diperbolehkan beraktivitas.
Pengguna jalan masih banyak yang lalu lalang.
Penjual masih bisa berharap akan ada calon pembeli yang mampir.
Tetapi kalau sampai sebuah kawasan di-lockdown, maka sulit bagi anda untuk berjualan lagi dengan cara konvensional.
Itulah sebabnya para pedagang di Kota Tegal Jawa Tengah sempat protes lantaran kota itu sempat di-lockdown beberapa minggu lalu. Jelas mereka kehilangan penghasilan.(*)